Jumat, 11 Mei 2012

cerpen persahabatan



Di siang menjelang sore itu, aku termenung di depan jendela kamarku,pikiranku melayang jauh ke 3 tahun yang lalu. Masa dimana aku dan dia menjalin persahabatan. Akan tetapi, tiba-tiba pintu  kamarku diketuk, aku terbangun dari lamunanku, ibuku sudah memanggil-manggil namaku .
 “ Dae,Dae, Daena..”
Ya itulah namaku Daena Chandra Azwa atau lebih sering dipanggil Daena atau Dae. Sekarang aku bersekolah di SMA Pelita Jakarta dan duduk dibangku kelas 11.
 Dengan segera aku membuka pintu kamarku dengan memakai jilbabku dan menghampiri ibu,
“Ada apa bu??”
“Ibu perlu bantuan, tolong kamu antarkan bunga ke rumah Bu Tari, beliau memesan bunga mawar putih dan anggrek putih. Tolong ya antarkan!” seru ibuku.
Hah, apa? Bu tari , oh no!! Pikirku dalam hati ,jika aku pergi kesana maka aku akan datang ke rumah sahabatku itu,sahabat yang dri TK- SMA selalu satu sekolah denganku.Akan tetapi sudah sejak kelas 2 smp kami sudah tidak pernah ngobrol jangankan ngobrol bertegur sapa saja tidak pernah, sebut saja namanya Dycal  .
 Aku kembali melamun tentang persahabatan ku dengan Dycal, kami adalah teman dekat yang sangat akrab.Akan tetapi, semua itu berubah ketika seorang temanku memfitnah ku, kalau aku menjalin hubungan atau pacaran dengan Dycal. Sedangkan Dycal sudah memiliki teman spesial. Pastilah teman dekatnya itu marah dan kecewa padaku, sedangkan Dycal menganggap itu biasa .”Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, no problem”,katanya waktu itu,Tapi tetap saja dalam diriku aku masih merasa bersalah dan tak enak hati pada mereka. Sampai akhirnya hingga saat ini hubungan persahabatan kami tak tau bagaimana lagi.
Mungkin dia merasa sama denganku persahabatan kita menjadi jauh, dia pernah menanyakan itu padaku ketika kami akan masuk SMA, apa yang sebenarnya yang terjadi pada kita ,kenapa hubungan persahabatan kita menjadi seperti ini?? Apa penyebabnya ? apakah ada kesenjangan diantara kita,padahal dulu kita saling berbagi dan sangat akrab. Setelah aku membaca pesannya , aku hanya terdiam dan meneteskan air mata. Ketika itu ibu ku datang dan bertanya padaku
“Kenapa kau menangis,sayang? Apa yang terjadi padamu?”tanya ibuku
Ibu, apa yang harus ku lakukan ?Aku menyerahkan pesan itu ke ibuku.
“Sayang, persahabatan itu memang segalanya, sahabat itu akan selalu ada dan hadir untuk kita di saat kita sedih, susah, senang dan disaat kita menjadi orang yang paling dikucilkan sekalipun. Dalam persahabatan itu memang dibutuhkan rasa saling percaya, keterbukaan dan pengertian. Dia memang sudah memaafkanmu dan menganggap semua itu telah berlalu tapi kenapa kamu belum bisa membuka hatimu untuk bisa berteman lagi dengannya,jelas ibuku.”
Aku masih berlinangan air mata dalam pelukan ibuku.
“Nak, selama ini kalian adalah teman baik ,tetapi ketika kamu menutup hatimu, maka masalah apapun tak dapat terselesaikan, mulai sekarang, untuk memulai itu semua kamu harus memulai dari nol. Pertama kamu harus memberanikan dirimu untuk tersenyum, menyapa padanya hingga nanti akhirnya kalian bisa menjadi teman seperti dulu kala. Kasian juga dia nak, dia menginginkan teman sepertimu, tapi kamu malah menutup diri. Sekarang hapuslah air mata mu ini, cukup sudah air mata yang kau keluarkan tak ada lagi yang perlu ditangisi.”
Sejak saat itu memang aku terus mencoba untuk melakukan apa yang ibu sarankan padaku tapi semua itu susah untuk ku lakukan.